NGAWI – kilasfakta.com, Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang. Menekuni hobi merupakan suatu hal yang lumrah dikerjakan. Hobi pun dapat bermacam-macam jenis kegiatannya semisal dengan bermain musik, melukis, memelihara hewan peliharaan, atau memelihara tanaman. Salah satunya adalah bonsai.

Pembudidaya tanaman Bonsai bisa dikatakan sangat digemari di kabupaten Ngawi. Tanaman yang populer di Negeri Bunga Sakura ini memang bukan tanaman biasa, melainkan tanaman dengan sejuta keindahan hasil olah seni manusia.

Bonsai merupakan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang dan akar pohon. Bonsai kerap hadir dalam bentuk mungil tanpa kehilangan kesan tua. Tak ayal, keberadaanya kerap dicari oleh penggemarnya, bahkan dengan keindahanya bonsai sering dibandrol dengan harga selangit.

Salah seorang pecinta bonsai di Ngawi adalah Karno S.Pd. Ia telah menggeluti hobi memelihara bonsai sejak tahun 1986 silam. Berawal dari melihat pameran bonsai yang diadakan di kabupaten Ngawi. Lantaran tertarik, pria yang akrab disapa Pak No ini kemudian membeli tanaman bonsai Dan lalu mengembangkanya.

Selain kesehariannya sibuk mengabdi sebagai kepala sekolah di SDN Negri Sidolaju 2 merangkap di SDN Negri sidolaju 1 ini menceritakan, ia tertarik lantaran  hobi dalam mengulik-ulik tanaman hias. Dari hobi tersebut, ia mencoba untuk membudidayakan tanaman bonsai, karena tanaman bonsai tak hanya memiliki nilai estetis, tapi juga bisa menetralisir udara, membuat udara disekitar lebih segar. Di lain sisi, tanaman bonsai memiliki nilai yang unik dan sakral.

Pria yang akrab dipanggil Pak No ini membuat bonsai dari berbagai jenis tanaman. Sebut saja seperti pohon serut, asam, santigi, sancang, beringin, waru India, kimeng dan lain sebagainya. Ia menceritakan, untuk mendapatkan pohon yang bagus, ia rela menjelajah hutan di bawah terik matahari. Pohon yang dicari tersebut, masih berbentuk pohon utuh, dan untuk mendapatkan bakalan bonsai, ia harus menggali untuk dibawa beserta akarnya.

“Tak tanggung-tanggung, kadang harus memikul kayu yang ia dapat dari jarak yang tidak dekat. Setelah ia mendapatkan kayu, ia taruh di pot yang sudah ia siapkan.”

Dia menuturkan, proses pembuatan bonsai melalui beberapa tahap. Yakni, ranting-ranting dibersihkan terlebih dulu. Setelah itu, lalu ditutup menggunakan pelastik atau di sungkup. setelah itu satu minggu atau dua minggu tanah disiram, sangat tergantung pada kekeringan tanah. Penyiraman bisa saja sekali dalam tiga hari. Setelah itu kemudian ditunggu sampai tunas tumbuh seukuran panjang jari. Proses pembentukan model yang diinginkan sesuai dengan tipikal ranting.

Proses pembentukan tersebut melalui proses pengawatan menggunakan kawat tembaga, atau aluminium. maksimal pengawatan sekitar empat kali proses baru bisa terlihat bentuknya. Ia pun menyebutkan ada beberapa model dari bonsai seperti, formal, raf, air terjun dan banyak yang lain lagi.

Dan harga bonsai pun sangat variatif, tergantung dari kualitas bahan dan akar. Harga bonsai saat ini mulai dari ratusan ribu sampai angka jutaan rupiah.

“Tapi saya baru bisa jual Rp. 1,5 juta per pohon. Saya jual yang belum jadi karena halaman masih kecil. Kan saya hanya budidaya di halaman rumah,” terangnya.

Sejauh ini, ia berkeinginan membina pemuda desa setempat, tujuannya agar banyak yang bisa membuat bonsai. mengingat selama ini, pemuda setempat enggan untuk mengembangkan kreativitas. Bukan hanya kreativitas, usaha pun sangat jarang. Belum ada yang saya lihat, kebanyakan inginya instan, begitu buka usaha ingin langsung untung banyak,” pungkasnya.

 

 

(Agus C)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *