KLATEN -Kilasfakta.com, Demi untuk mengenalkan potensi dan edukasi agro wisata, maka Pemerintah Desa Tegalmulyo, Kec.Kemalang -Klaten,lewat kelompok tani mendirikan kedai kopi Sapu Angin, kedai kopi Sapu Angin ini terletak di Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo.
Pengelola kedai kopi Sapu Angin sekaligus Ketua Koptan ,Srijono menjabarkan, bahwa kelompok tani kita ini berdiri semenjak tahun 2011 panca erupsi Gunung Merapi, kita berpikir bahwa sentra kopi di kinahrejo dan kaliadem didaerah Kab.Sleman yang terkena dampak erupsi porak poranda, dan kita yakin bahwa kedepannya kopi punya nilai jual yang lebih tinggi dan ekonomis, bermimpi dari hal itu, kemudian kita giatkan budidaya tanaman kopi didaerah sekitar Sapu Angin ini.
“Kemudian pada tahun 2017 lalu kita kedatangan temen dari penggiat kafe namanya mas Gunawan mengenalkan kopi murni serta cara penyeduhan, penyajian serta cara pengolahannya.sehingga memiliki nilai jual yang tinggi serta memiliki nilai ekonomi dan juga cara pengolahan kopi yang benar.”ucap Srijono saat ditemui awak media kilas fakta di kedai kopi Sapu Angin, Selasa, (6/4/21).
Lebih lanjut, Srijono menambahkan, Kemudian ada teman lagi yang bernama mas Riyan datang kesini bersama teman – temannya dari jogya dan bandung mengajak untuk menghadiri “Parade Kopi Tubruk Nasional” yang diadakan dikawasan Taman Nasional yang diikuti 4 barista dari 4 kota di Indonesia.
Kemudian saat berjalannya waktu, kelompok kita ini mulai belajar pembibitan serta penanaman kopi dilereng Merapi yang natural, garis besarnya prosesnya dilahan basah dan kering, untuk jenis kopinya kita pilih varian Arabica,sebenarnya untuk tanaman kopi ini bukan hal yang baru, karena beberapa tahun yang lalu kita sudah membudidayakan kopi, namun pada saat itu harga kopi basah anjlok yang perkilonya hanya berkisar Rp 600- 700.
Sehingga masyarakat lereng merapi berfikir harus mencari solusi lain,karena dianggap tanaman kopi pada saat itu kurang menguntungkan, akhirnya tanaman kopi saat itu banyak yang ditebangi, dan diganti dengan tanaman tembakau,jagung, palawija dan sayur- sayuran, jadi tanaman kopi dilereng Merapi saat itu tinggal sekitar 15 % saja, tapi harapan kedepannya prosesor kopi dan petani kopi/ pembudidaya sama- sama untung, karena banyak manfaat yang bisa diambil dari segi konservasi dan reboisasi serta untuk mendongkrak perekonomian warga lokal.
Kemudian kita juga mengajarkan kepada petani kopi tata cara memetik kopi yang benar, cara memetik itu tidak mudah juga tidak sulit, petani kopi masa lalu cara memetiknya dengan model rampasan, artinya buah kopi dari yang tua maupun yang muda ikut terpetik, tapi kalau petani kopi saat ini hanya buah kopi yang sudah benar- benar matang saja yang dipetik karena buah kopi yang masih muda tidak akan terpakai. Khusus untuk bahan baku kopi kita ambil dari wilayah Tegalmulyo saja”,tambah Srijono.
Sementara itu, Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno berharap, untuk kedai kopi Sapu Angin ini bisa sebagai Edukasi agro wisata di desa Tegalmulyo, juga bisa untuk meningkatkan taraf perekonomian warga masyarakat di sekitar Sapu Angin, khusus masyarakat Desa Tegalmulyo.” Harap Sutarno. (Purwanto).