JAKARTA Kilasfakta.com, Setara Institute mengadakan riset dan memberikan urutan penilaian kota tidak toleran di Indonesia dalam tahun 2021. Hasil penilaian itu menempatkan Depok menjadi nomor satu. Indeks pada 2021 merupakan kali kelima Setara Institute mengadakan penilaian. Penilaian pernah dilakukan pada tahun 2015, 2017, 2018, 2020, dan 2021.

Penilaian ini merupakan ironi ditengan masyarakat Indonesia yang plural. Kurangnya toleransi dimasyarakat hendaknya tidak diperparah dengan regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Para pemangku kepentingan sudah selayaknya membina kerukunan umat beragama melalui regulasi yang ada.

Hal yang menjadi tolok ukur sehingga kota-kota tersebut hingga dinobatkan menjadi ikon intoleransi atas hubungan mayoritas-minoritas ada beberapa hal. Ada empat penilaian dan delapan indikator yang bisa dijadikan alat ukur kota toleran dan tidak toleran, adalah sebagai berikut:

  • Regulasi Pemerintah Kota: Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya; dan kebijakan diskriminatif.
  • Tindakan Pemerintah: Pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi; dan tindakan nyata terkait peristiwa.
  • Regulasi Sosial: Peristiwa intoleransi; dan dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi.
  • Demografi Agama: Heterogenitas keagamaan penduduk; dan inklusi sosial keagamaan.


Berikut ini adalah 10 Kota paling Intoleran di Indonesia:

  1. Depok dengan skor akhir 3,577
  2. Banda Aceh dengan skor akhir 4,043
  3. Cilegon dengan skor akhir 4,087
  4. Pariaman dengan skor akhir 4,233
  5. Langsa dengan skor akhir 4,363
  6. Sabang dengan skor akhir 4,373
  7. Padang Panjang dengan skor akhir 4,440
  8. Padang dengan skor akhir 4,460
  9. Pekanbaru dengan skor akhir 4,497
  10. Makassar dengan skor akhir 4,517

Demikian 10 kota paling intoleran di Indonesia, semoga saja informasi ini menjadikan para pemangku kepentingan di kota-kota tersebut introspeksi diri dan melakukan berbagai perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan menuju ke arah yang lebih baik yaitu menjaga toleransi di Bumi Nusantara yang plural dan majemuk ini.

Editor: Wiji Kilasfakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *