DEMAK – Kilasfakta.com, Setelah dua tahun terhenti karena pandemi Covid 19, tahun ini Desa Kendaldoyong kembali mengadakan ritual sedekah bumi. Acara yang lazim di sebut juga Apitan, rupanya di sambut antusias oleh masyarakat setempat. Besar harapan, setelah selesai nya acara tersebut, keberkahan dan kemakmuran desa Kendaldoyong kembali terwujud.
Kegiatan yang di laksanakan sejak pagi hari sampai larut malam, di awali dengan pembacaan Tahtimul Qur’an, setelah itu pejabat desa bersama tokoh Agama, tokoh masyarakat setempat berdoa bersama di punden atau makam mbah Joyo, mbah Kembangan, mbah Kucir, mbah Soleh dan mbah Sodiq. Beberapa nama tersebut merupakan sesepuh dan cikal bakal desa Kendaldoyong.
Untuk menambah kemeriahan, pada siang harinya, panitia Pelaksana juga menyuguhkan hiburan rakyat, yaitu pagelaran pentas musik dangdut, yang merupakan satu rangkaian dari kegiatan sedekah bumi.
Memasuki acara puncak kegiatan pada malam hari nya, seluruh pejabat desa bersama masyarakat tumpah ruah melakukan kirab mengiring Tumpengan dan Gunungan hasil pertanian. Ikut serta dalam kirab tersebut, Linmas, Ansor Banser dengan berseragam lengkap dan juga Ormas Pemuda Pancasila. Para peserta pawai berjalan dari rumah Kepala desa menuju Baledesa Kendaldoyong.
Di sepanjang jalan menuju Baledesa, Kepala desa setempat juga terlihat membagi-bagi kan sejumlah uang kepada anak-anak. Drs. H. Gihan Supeno selaku Kepala desa Kendaldoyong mengaku, dalam momen agenda sedekah bumi, ia ingin berbagi kebahagiaan kepada seluruh masyarakat.
Setelah Tumpengan dan Gunungan hasil bumi sampai di Balaidesa, dan ritual doa-doa selesai di lakukan, saat itu terjadi keriuhan manakala masyarakat setempat saling memperebutkan isi dari Tumpengan dan Gunungan hasil bumi. Selain di makan, banyak masyarakat yang masih meyakini kalau sesuatu yang di dapat dari ritual sedekah bumi merupakan berkah dan jika di sebar ke lahan pertanian, maka tanaman nya akan menjadi subur.
Pengajian umum rupanya menjadi agenda penutup dari seluruh rangkaian acara. K.H Muhammad Manshur dari Kabupaten Kudus, dalam Mauidhoh Hasanah nya menyampaikan bahwa pentingnya rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah kita dapatkan. Karena dari rasa syukur itulah, rezeki akan di tambah dan di jauhkan dari segala marabencana.
Gihan Supena berharap, agar kearifan lokal ini tetap berlangsung sampai kapan pun. Disamping sudah menjadi budaya, sedekah bumi ini bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT. Ia merasa senang, setelah dua tahun agenda semacam ini tidak bisa dilakukan karena covid 19.
“Masyarakat desa Kendaldoyong mayoritas berprofesi sebagai petani, prosesi Apitan atau Sedekah bumi ini merupakan bentuk rasa syukur kami kepada Allah SWT, kami berharap lahan pertanian menjadi subur, dan mendapatkan hasil yang melimpah, gemah ripah loh jinawi”.
“Selain itu, kami berharap desa Kendaldoyong menjadi lebih baik dan damai. Intinya pembangunan nya lancar tidak ada halangan. Sekali lagi kami berharap, semoga desa kami mendapat kemakmuran dan keberkahan”, harap Gihan Supeno.
(MAT)