Oleh : Wiwik Subekti, S.Pd.SD., M.Pd (Ka. UPTD SDN Sinomwidodo 03, Tambakromo, Kab. Pati)

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antar guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.” Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah akan menampakkan perilaku kepemimpinan ketika berinteraksi dalam format memberi pengaruh kepada para guru. Secara umum kepemimpinan kepala sekolah dibuktikan dengan terpenuhinya tugas-tugas harian kepala sekolah dan bukti-bukti lain berupa Sasaran Kerja Pegawai (SKP) bagi guru bernilai baik.

Dalam kapasitas pribadi, kepala sekolah memiliki potensi sebagai pengendali, dan dapat berperan memfasilitasi para guru untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Kepala sekolah sebagai pemimpin juga harus mempunyai karakteristik yang baik, tidak memerintahkan keunggulan, melainkan membangun keunggulan. Untuk mencapai keunggulan kepala sekolah harus mengawalinya dengan menjadi pemimpin yang baik.

Kepala sekolah harus melakukan apapun yang kehendaki para guru untuk mewujudkan pekerjaan, dan kemudian berharap para guru bertindak dengan baik. Konsep tersebut sejalan dengan Mulyasa (2009.145) yang mengatakan bahwa “Menghadapi berbagai keadaan yang sering kali berubah, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai edukator dan administrator, melainkan juga berperan sebagai manajer, supervisor dan Leader yang mampu menciptakan manajemen yang bermutu.”

Kepala sekolah juga sebagai pemimpin yang harus dapat menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Pemimpin harus memiliki kompetensi atau pengetahuan (manajerial dan strategi) yang lebih, berprilaku yang baik, mampu mempengaruhi atau mengarahkan orang lain, harus mengambil keputusan, bertanggungjawab, baik dalam penyampaian ide, bijak, mengayomi, dan memberi motivasi, mampu melakukan pendekatan personal dengan bawahannya. Pemberian motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kinerja guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemberian motivasi merupakan pemberian kekuatan, pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata.

Dengan demikian semakin tinggi pemberian motivasi seseorang maka semakin tinggi pula kinerjanya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pemberian motivasi seseorang maka semakin rendah pula kinerjanya. Jadi pemberian motivasi yang diharapkan dapat mempengaruhi disiplin kerja guru. Ini dipertegas oleh Herzberg dalam Wukir (2013:116) mengemukakan dua tipe motivasi, yaitu: “Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrensik.” Motivasi dalam tempat kerja muncul dikarenakan guru memotivasi diri sendiri untuk mencari dan melakukan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Motivasi juga dapat muncul dengan upaya manajemen seperti pemberian gaji, promosi, penghargaan dll.

Sebagai leader, kepala sekolah memberikan motivasi terhadap guru agar membangkitkan keinginan atau semangat kuat untuk berusaha dan bekerja keras sehingga dapat diperoleh keberhasilan organisasi (sekolah). Pemberian motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kedisplinan seseorang, besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kedisplinan seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Hubungannya dengan guru, motivasi kerja adalah faktor yang mendorong seseorang guru untuk melakukan pekerjaan secara disiplin dan lebih bersemangat sehingga akan memperoleh prestasi yang lebih baik. Disiplin kerja guru akan ditunjukkan oleh sikap dan bekerja dengan maksimal. Setelah pola kepemimpinan ini, penulis terapkan di SD Negeri Sinomwidodo 03, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, maka guru semakin bersemangat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, sehingga, diharapkan mampu mendongkrak semangat seluruh elemen sekolah. (*)

Artikel ini sudah diterbitkan di Media Kilas FAKTA Edisi 197

Tinggalkan Balasan