Oleh: Endah Krismiati, S.Pd.SD (Guru SDN Tegalombo 05, Kec.Dukuhseti, Kab. Pati)
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perlu dingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreativitas. Pembinaan kreativitas manusia sebaiknya dilakukan sejak dini. Kondisi lingkungan yang kreatif dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak akan sangat membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya. Pengembangan kreativitas ini dapat dilakukan melalui pendidikan seni di sekolah.
Pendidikan seni di SD diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual, akal pikiran, dan kepekaan emosi. Pendidikan seni dapat mempengaruhi perasaan untuk mengekspresikan sesuatu, mengembangkan imajinasi dan kreativitas daya cipta, serta meningkatkan toleransi. Salah satu bidang pendidikan seni di sekolah adalah seni rupa yang termuat dalam muatab pembelajaran SBdP. Pendidikan seni rupa memiliki peran untuk menyeimbangkan kehidupan seseorang dalam pengembangan kepribadian, baik dalam aspek kecerdasan maupun perasaan.
Namun demikian dalam pembelajaran SBdP siswa terkadang mengalami hambatan untuk berekspresi melalui karya yang dibuat. Hal ini dapat dilihat pada hasil gambar cerita siswa kelas V SD Negeri Tegalombo 05, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati yang bentuk gambarnya masih sederhana dan belum terlihat kreativitas siswa sehinga menjadikan gambar kurang terlihat hidup. Tuntutan banyaknya materi pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan otak kiri menjadi faktor penyebab utama pembelajaran seni kurang diperhatikan. Padahal kegiatan seperti menggambar yang mengasah otak kanan juga harus dikembangkan agar kehidupan anak lebih seimbang. Oleh karena itu guru hendaknya berusaha untuk mengasah kreativitas siswa dalam pembelajaran seni, khususnya menggambar di sekolah dasar.
Menyadari hal tersebut penulis berusaha mencari terobosan penyelesaian masalah dalam pembelajaran seni rupa menggambar pada muatan pembelajaran SBdP untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode bercerita pada materi membuat gambar cerita kelas V.
Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi siswa dengan membawakan cerita secara lisan, kemudian siswa mengembangkan daya imajinasi serta kreativitas melalui isi cerita yang dipahami (Moeslichatoen, 2004:157). Tujuan metode bercerita menurut Mustakim (2005:122-163) antara lain memberikan informasi dan pengetahuan dalam membentuk perilaku, mengembangkan kemampuan bahasa, kognitif, emosional, moral, estetika, dan sosial, serta meningkatkan kemampuan kreativitas anak dengan mendengarkan cerita kemudian diekspresikan melalui coretan-coretan sederhana berupa gambar.
Tahapan pelaksanaan metode bercerita yaitu dimulai dengan penentukan tema cerita yang akan digunakan anak dalam memperoleh gambaran tentang objek gambar. Kemudian guru memberikan ilustrasi terlebih dahulu dengan membacakan cerita sesuai dengan tema yang sudah dipilih. Setelah itu diadakan tanya jawab terkait cerita yang dibacakan. Lalu guru memberikan kesempatan siswa menggambar ulang cerita yang dibacakan sesuai kreativitasnya masing-masing. Siswa juga diberikan kesempatan untuk memodifikasi cerita tersebut asalkan masih mengacu pada tema yang sama.
Metode bercerita memberikan beberapa manfaat bagi siswa diantaranya: (1) membantu pembentukan pribadi, sosial, dan moral; (2) merangsang imajinasi dan fantasi; (3) merangsang minat membaca dan menulis; serta (4) membantu penyampaian informasi dan pengetahuan. Penggunaan metode ini dapat menjadi pilihan untuk mengasah keterampilan siswa mengingat pentingnya pengembangan kreativitas menggambar bagi siswa SD. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan para guru agar tetap memberikan kesempatan siswa untuk mengasah kreativitasnya sehingga kemampuan siswa menjadi seimbang antara otak kiri dan kanan. (*)
Artikel ini sudah diterbitkan di Koran Kilas FAKTA Edisi 197