PATI – Kilasfakta.com, Bertempat di aula atau balai pertemuan Yayasan Jabalnur Pesantenan Pati, program Ngaji Bareng Dwi Mingguan yayasan dimulai lagi pada pagi ini, Minggu (26/9). Hadir dalam kegiatan religi ini, jajaran pembina dan pengawas serta pengurus yayasan Jabalnur bersama keluarga. Kegiatan itu juga dihadiri oleh komunitas dokter, masyarakat dan sekitar. “Kami mulai lagi kegiatan ngaji bareng Ahad pagi ini, setelah sekian lama fakum karena adanya wabah covid-19. InsyaAlloh ngaji bareng ini akan kita selenggarakan setiap dua minggu sekali,” ujar KH. Nurfaqih Fanany, S.Ag selalu Ketua Yayasan Jabalnur Pesantenan Pati.

Menurutnya, saat ini yayasan sedang berusaha untuk dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya untuk kemaslahatan umat. “Pondok pesantren sudah terselenggara di sini, dan saat ini sudah ada santri dua belas, serta Panti Asuhan dengan tiga puluhan anak asuh,” imbuh Nurfaqih.

Lebih lanjut dijelaskan, saat ini yayasan juga sedang mendirikan pondok pesantren dan masjid sebagai upaya pengembangan karen santri semakin bertambah. “Sekarang juga sudah berjalan Kursus bahasa Inggris, dan nanti berkembang ke kursus bahasa Arab dan Korea,” imbuhnya.

Sementara itu, KH. Husnan Basyuni, LC selalu pembicara yang dihadirkan, dalam tausyiah nya mengajak kepada jamaah yang hadir agar menyempatkan waktu untuk menuntut ilmu, baik dengan menghadiri ngaji ataupun yang lainnya. Selain itu, ulama’ dari Desa Suwaduk ini menjelaskan bahwa tugas utama manusia atau tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Alloh. “Kegiatan dunia, atau kegiatan mubah, jika kita kerjakan dengan niat yang dihubungkan dengan perintah Alloh, itu bisa menjadi atau termasuk ibadah kepada Alloh,” terangnya.

Dicontohkan, makan, minum, tidur dan kegiatan lain yang termasuk kegiatan dunia, jika dikerjakan tanpa niat karena Alloh, maka kegiatan tersebut tidak mendapat pahala. Namun, jika dikerjakan dengan niat karena Alloh, maka kegiatan tersebut bisa menjadi ibadah dan mendapat pahala.

Lebih lanjut, KH Husnan menjelaskan terkait dengan dengan ibadah. Menurutnya, ibadah itu ada dua jenis, yaitu ibadah fisik dan juga ibadah sosial. “Ibadah fisik seperti sholat, puasa dan lain-lainnya itu tidak bisa diwakilkan. Sedangkan ibadah sosial, seperti infaq, shodaqoh, zakat, dapat diwakilkan. Keduanya, antara ibadah fisik dan ibadah sosial harus benar-benar diperhatikan, tidak boleh melalaikan satu diantaranya.

“Syarat ibadah bisa diterima, diantaranya harus sesuai dengan konsep Rosululloh atau sesuai dengan ajaran agama Islam, yang kedua harus ikhas dan apa yang kita kerjakan dalam kegiatan sehari-hari menghasilkan yang halal,” pungkasnya.

Pewarta : Purwoko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *