Rochmat, S.Pd.SD
(Guru SDN Sentul 01 Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati)
Perkembangan zaman era abad 21 mengarah pada perkembangan teknologi dan komunikasi. Dengan perkembangan ini, pendidikan perlu mempersiapkan generasi penerus yang memiliki kemampuan dan kecakapan sesuai dengan kebutuhan, berpikir secara menyeluruh, serta bijak dalam menghadapi perkembangan zaman. Paradigma pembelajaran pada abad ini menekankan pada kemampuan untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi, berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu pengetahuan dengan dunia nyata, serta kolaborasi.
Dalam proses pembelajaran, tidak semua siswa mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran di sekolah dasar masih banyak menekankan pada kemampuan berpikir tingkat rendah atau LOTS (Lower Order Thinking Skills) serta belum banyak melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills). Berdasarkan pengamatan, pembelajaran yang dilakukan terpisah dari kehidupan nyata sehingga siswa belum terampil mengaplikasikan pembelajaran pada kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman era abad 21 adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, mampu berpikir secara kritis, kreatif serta mampu menyelesaikan masalah. Pembelajaran berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) merupakan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta penyelesaian masalah. Menurut Eggen (2012: 261) menyatakan bahwa dalam mengembangkan pemikiran yang kritis menuntut adanya latihan menemukan pola, menyusun penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi, serta mendokumentasikan temuan-temuan dengan bukti. Dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) diharapkan siswa mampu menganalisis, mengevaluasi, mencipta sebagai bagian dalam pemecahan masalah yang mereka hadapi pada kehidupan sehari-hari.
Untuk mengukur pembelajaran berorientasi HOTS di sekolah dasar diperlukan evaluasi dengan langkah-langkah yang dapat dikembangkan diantaranya: menganalisis kompetensi dasar, menyusun kisi-kisi, memilih stimulus yang menarik dan kontekstual, menulis pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi serta membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban. Evaluasi yang dikembangkan di sekolah dasar tidak sekadar mengingat, menyatakan kembali atau merujuk tanpa melakukan pengolahan namun diharapkan mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Penyusunan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada umumnya menggunakan stimulus. Stimulus atau rangsangan merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks pembelajaran HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat menarik dan kontekstual atau sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari. Soal yang berorientasi HOTS tidak harus berupa soal yang sulit. Namun soal yang HOTS diharapkan dapat mengasah nalar, pola pikir yang kritis, kreativitas serta pemecahan masalah. Keterampilan ini perlu dilatih agar siswa terbiasa dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan pengalaman dalam mengimplementasikan pembelajaran berorientasi HOTS di SDN Sentul 01, terdapat peningkatan motivasi belajar pada peserta didik. Siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini karena siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah serta dapat menciptakan sesuatu berdasarkan topik yang dipelajari.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan kemampuan berpikir ranah kognitif yang paling tinggi. Tidak hanya proses pemahaman tetapi juga pada tahap mencipta berdasarkan objek yang dipelajari. Dengan menerapkan pembelajaran HOTS diharapkan siswa mampu menyongsong kehidupan yang lebih menuntut siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian kegiatan pembelajaran akan berpusat pada siswa serta memotivasi siswa dalam menyelesaikan masalah.