Oleh Dewi Yuliati, S.Pd
Guru Kelas SDN Ngablak 01 Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika salah satunya disebabkan karena guru mengajar dengan sistem teacher centered, yakni pembelajaran hanya dikuasai guru. Guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika realistik menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Upaya untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa, yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran Matematika. Adapun model yang diterapkan yaitu melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Numbered Heads Together berbasis realistik (NHTBR).
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (Lie, 2010: 12). Menurut Lie (2010:60). Langkah-langkah model pembelajaran NHTBR yaitu siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor, guru membagi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, tiap kelompok mendiskusikan jawaban dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawabannya, guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil diskusi, siswa dari kelompok lain memberi tanggapan, guru menunjuk nomor yang lain secara bergantian, kemudian yang terakhir siswa bersama guru menarik kesimpulan pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil belajar siswa akan meningkat setelah menggunakan model pembelajaran NHTBR. Hal ini dikarenakan materi yang di dapatkan oleh siswa dari mereka sendiri bukan dari guru sehingga dalam evaluasi pembelajaran siswa akan lebih mudah mengingat materi yang telah diajarkan. Dalam model pembelajaran NHTBR terjadi adanya peningkatan aktivitas pembelajaran. Siswa menjadi aktif dalam bertanya. Kerja sama yang terjalin untuk memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi semakin erat.
Model pembelajaran NHTBR yang diterapkan di SDN Ngablak 01 juga menuntun siswa untuk lebih berpikir secara logis dan sistematis yang artinya mereka dituntut dalam memecahkan suatu masalah harus mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan. Maka jelaslah bahwa model pembelajaran NHTBR mengajak para siswa untuk berpikir setingkat lebih tinggi dalam pembelajaran, dan selanjutnya keterampilan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupannya kelak, sehingga dalam pembelajaran selanjutnya mereka dapat menyelesaikan masalah dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Isjoni ( 2009: 112) yang menyatakan bahwa pembelajaran NHT memberi kesempatan pada siswa untuk saling mengembangkan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Melalui model pembelajaran NHTBR juga memacu guru agar lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Kreatif dalam arti aktif dalam membimbing siswanya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan model pembelajaran NHTBR keterampilan guru dalam mengajar akan lebih terasah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Isjoni (2009: 92) peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator diantaranya adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana kelas yang lebih menyenangkan, sehingga dalam pembelajaran siswa tidak akan merasa bosan. Peningkatan keterampilan bertanya guru, dapat memacu siswa agar lebih kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga suasana kelas akan lebih hidup, serta tujuan pembelajaran yang telah dibuat dapat tercapai dengan maksimal. (*)
Artikel ini juga diterbitkan di Media Kilas FAKTA Edisi 197