Oleh : Nurul Mauludah, S.Pd. SD
Guru SDN Gembong 05, Kecamatan Gembong
Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun negeri yang cerdas. Sesuai dengan salah satu tujuan Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 alenia IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, semua itu dapat dicapai melalu pendidikan. Dalam hal ini, para pendidik khususnya guru yang harus mengemban tugas nasional ini demi mewujudkan salah satu tujuan bangsa sehingga mereka sejalan dengan itu, pendidikan nasional dapat mewujudkan cita – cita pendidikan nasional.
Saat ini, pemerintah menerapkan kurikulum 2013. Tetapi, tidak sedikit sekolah yang belum mampu menerapkannya karena ketidakmampuan para pendidik khususnya guru tentang implementasi kurikulum 2013 yang pembelajarannya menggunakan tematik mulai kelas 1 sampai kelas 6. Selain itu, pembelajaran tematik ini membutuhkan para pendidik yang kreatif dan dalam mengembangkan materi yang ada pada buku pegangan.
Sejalan dengan hal tersebut, para guru dituntut dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dengan tidak hanya menggunakan metode tradisional seperti dahulu melainkan menggunakan metode – metode yang lebih menekan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai.
Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur yang nyata dari sebuah proses pembelajaran. Menurut Poerwodarminto (1991 : 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Jadi dalam hal ini, siswa dapat dikatakan sudah melakukan suatu pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar mereka.
Berdasarkan pengamatan penulisa pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia, prestasi belajar siswa kelas II SDN Gembong 05 masih sangat rendah. Dari jumlah yang ada yaitu sebanyak 18 siswa hanya 7 siswa atau 30.4% yang memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 75. Sedangkan yang 11 siswa atau 69.6% masih belum dapat mencapai KKM. Dalam proses pembelajaran, siswa cenderung asik bermain dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru meskipun duduk di bangku masing – masing dan tidak ada semangat serta motivasi tinggi dalam belajar. Siswa juga belum bisa menjawab pertanyaan dari guru setelah mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan.
Guru merupakan salah satu faktor utama selain dari diri siswa sendiri yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya oleh para guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di setiap sekolah salah satunya melakukan perbaikan pembelajaran dengan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran. (*)
Artikel ini juga diterbitkan di Media Kilas FAKTA Edisi 197