Oleh: Bambang Supriyono, S.Pd.I (Guru PAI SDN Sinomwidodo 03 Kec. Tambakromo, Kab. Pati)

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang sangat penting dari sekian banyak mata pelajaran yang ada di tingkat Sekolah Dasar. Dikatakan penting di sini, karena menyangkut tentang syariat dan juga karakter Islam. Oleh sebab itu, salah satu tugas Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah menyampaikan syari’at Islam tersebut dengan berbagai cara, metode dan pendekatan yang relevan.

Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru perlu menyiapkan proses pembelajaran yang menggunakan model dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter peserta didik. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga bisa mempengaruhi hasil belajar siswa, oleh karena itu diperlukan cara yang beragam untuk mengaktifkan siswa.

Metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat menciptakan dan memfasilitasi kondisi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang relevan sebanyak mungkin. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa karena pendekatan pembelajaran ini menuntut siswa belajar untuk mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi/berdiskusi dan melakukan presentasi.

Di SD Negeri Sinomwidodo 03 Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam da Budi Pekerti untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan dengan mengambil salah satu materi pokok di kelas IV semester 2 yakni kisah keteladanan Walisongo. Dengan pendekatan saintifik, peserta didik bisa lebih aktif dan peserta didik juga mampu memahami kisah keteladanan Walisongo. Sehingga Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Kurikulum 2013 akan terwujud dan pelajar profil Pancasila juga akan tercipta sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka.

Indikator keberhasilan tersebut bisa dilihat dari ketercapaian KKM peserta didik. Selain itu, keaktifan belajar juga bisa menjadi tolok ukur keberhasilan sesuai dengan lima fase yang dilaksanakan pada Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Lima fase tersebut adalah : mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi dan mengomunikasi.

Tingkat keaktifan siswa memperoleh kategori sangat baik dengan presentase di atas 75%, pada materi Kisah Keteladanan Walisongo. Dengan indikator keaktifan: visual activities (memperhatikan penjelasan guru), listening activities (mendengarkan pendapat teman ketika berdiskusi), writing activities (mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi) dan oral activities (membaca, menjawab dan mengajukan pertanyaan).

Nilai hasil belajar kognitif siswa kelas IV Kompetensi Dasar (KD) 3.21 Memahami Kisah Keteladanan Walisongo mendapatkan nilai KKM yakni minimal 75”. Dengan hasil analisis pada konversi nilai absolut skala lima, berada pada nilai di atas 85 (Interval 85,00-100) dengan kualifikasi sangat baik. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *