Oleh: Ngatmi, S.Pd.
(Guru SDN Gulangpongge 01 Gunungwungkal Kab. Pati)
Materi pembelajaran Matematika merupakan materi yang kurang diminati oleh Sebagian besar siswa. Pembelajaran di kelas II SDN Gulangpongge 01 terutama pada pembelajaran Matematika juga demikian adanya. Ketika pembelajaran Matematika banyak anak yang tidak memperhatikan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi yang demikian sedikit banyak akan mempengaruhi tingkat pemahaman anak terhadap materi yang sedang dipelajari. Guru memiliki kewajiban untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi tertentu.
Guru mencari alternatif solusi untuk membelajarkan siswa dengan kondisi yang aktif dan menyenangkan walaupun pada pembelajaran Matematika. Guru mencari alternatif solusi demi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi pecahan. Kompetensi dasar yang sedang diajarkan adalah KD 3.7. Menjelaskan pecahan setengah, sepertiga, dan seperempat menggunakan benda-benda konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran ini guru mengajak siswa belajar melalui pendekatan Matematika realistik atau biasa disebut Realistic Mathematics Education.
Pendekatan Matematika realistik atau biasa disebut Realistic Mathematics Education (RME) merupakan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika. Teori RME dikembangkan pertama kali di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini merujuk pada pendapat Freudenthal (dalam Zainurie, 2007) yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya dikaitkan pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dan matematika adalah aktivitas yang dilakukan manusia. Hal ini berarti matematika harus familiar dengan anak dan relevan dengan kehidupan anak sehari-hari.
Melalui Pendekatan Matematika Realistik siswa belajar dengan kondisi seperti keseharian mereka. Mereka belajar dengan menggunakan benda-benda kongkrit yang sering dilihat sehari-hari. Guru dapat menyiapkan media pembelajaran berupa benda-benda yang biasa dilihat oleh siswa. Benda-benda tersebut merupakan benda yang bisa dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, layaknya sebuah pecahan dalam Matematika.
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang sangat bermakna. Mereka belajar dengan cara memotong kue, memotong buah, membagi makanan, yang seolah dianggapnya sebagai proses bermain bukan sedang belajar Matematika. Pada proses inilah guru menanamkan konsep pecahan pada siswa kelas rendah. Mereka tanpa sengaja telah memahami pecahan sederhana, misalnya setengah, seperempat, seperlima, dan sebagainya. Guru memfasilitasi siswa dengan menyediakan media berupa benda kongkrit yang familiar dengan dunia anak. Kondisi demikian akan membuat anak nyaman belajar dan tercipta kondisi belajar yang menyenangkan.
Penerapan Pendekatan Matematika Realistik terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pecahan. Guru lebih mudah dalam menanamkan konsep pecahan karena siswa menyukai cara belajarnya. Pembelajaran dengan benda-benda kongkrit membuat suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi akan berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap sebuah materi. Pada materi pecahan, kemampuan siswa dalam memahami pecahan meningkat manakala guru mereka belajar dengan benda-benda kongkrit.
EDISI: 197 / TH – XIII 1 – 15 April 2022 Hal. 6
ISSN: 2548 – 2963