Oleh. Sunandar, S.Ag. (Guru SMPN 2 Dukuhseti Kec. Dukuhseti Kab. Pati)
Pada zaman sekarang ini, dimana Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sekarang ini menjadikan generasi muda sekarang ini melalaikan kewajibannya. Sebagai umat Islam yang harus melaksanakan rukun islam yang ada lima (5) tersebut, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, menjalankan shalat, memberikan zakat, melaksanakan puasa serta melaksanakan haji jika mampu. Dari kelima rukun islam tersebut terdapat rukun islam yang ke-dua yaitu melaksanakan shalat.
Pasa saat sekarang ini, siswa siswi SMP Negeri 2 Dukuhseti banyak yang lalai akan tugas dan kewajibannya sebagai makluk. yang seharunyalah sebagai umat islam selalu bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan segala perintah Allah serta menjauhi segala larangan Allah. Terkadang manusia memiliki sikap kesombongan terhadap yang dimiliki sekarang ini. Baru memiliki ilmu sedikit saja sudah merasa bahwa tidak ada orang yang pandai sepandai dia. Baru memiliki wajah cantik, menjadikan dia merasakan bahwa tidak ada orang lain yang secantik dia. Padahal itu semua merupakan karunia dari Allah SWT yang harus disukuri dan tidak untuk disombongkan.
Untuk mengingatkan siswa siswi tentang kewajiban shalat, maka dilaksanakannya shalat berjamaah. Shalat yang dilaksanakan adalah shalat dhuhur, dimana waktu shalat dhuhur adalah waktu yang tepat untuk melatih siswa-siswi untuk saling menghormati, baik antar siswa maupun dengan guru. Setelah pelajaran selesai, siswa siswi yang beragama islam tidak langsung pulang, akan tetapi siswa siswi berbondong bondong ke mushola untuk bergantian melaksanakan wudhu yang dipantau langsung oleh guru Agama islam dan dibantu guru-guru yang beragama islam lainnya.
Karena keterbatasan tempat wudhunya, maka melaksanakan wudhu dilaksanakan dengan bergantian. Siswa-siswi yang sudah melaksanakan wudhu masuk mushola dengan membentuk shof sholat sambil membaca puji-pujian seraya sambil menunggu guru atau siswa yang belum melaksanakan wudhu.
Setelah semua siap untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka salah satu siswa melaksanakan iqomah, pertanda pelakasanaan shalat berjamaah dimulai. Guru putra menempati shof depan bersama-sama siswa putra dengan acak, atau tidak kumpul. Dengan tujuan agar dapat memantau pelaksanaan shalat berjamaah siswa di sekitarnya. Sehingga siswa tidak seenaknya dalam melaksanakan shalat, serta siswa akan merasakan iwuh pekewuh atau malu dengan guru yang ada disampingnya. Demikian juga untuk jamaah putri, guru-guru putri juga menempati shof sholat dengan acak. Hal ini menjadikan siswa memupuk rasa sungkan, iwuh pekewuh, hormat terhadap guru yang ikut melaksanakan shalat berjamaah. Sekaligus memberi contoh yang baik terhadap siswa-siswi, tentang indahnya kebersamaan dengan melaksanakan shalat berjamaah.
Setelah pelaksanaan shalat berjamaah, semua jamaah tidak ada yang meninggalkan tempat berjamaah. Imam memimpin pelaksanaan dhikir dan doa bersama. Siswa mengikuti proses tersebut dengan penuh khikmad.
Setelah doa selesai, siswa memintakan tanda tangan buku catatan siswa tentang jamaah shalat yang baru saja dilaksanakan kepada guru-guru yang ikut melaksanakan shalat berjamaah tersebut, dengan tujuan sebagai alat untuk mengontrol siswa yang aktif melaksanakan shalat berjamaah serta mana siswa yang jarang melaksanakan shalat berjamaah.
Buku catatn tersebut dibuat oleh guru agama untuk mempermudah mengontrol siswa siswi dalam upaya pembiasaan melaksanakan dhalat dhuhur dengan berjamaah, sekaligus untuk memberikan hadiah bagi siswa siswi yang rajin melaksanakannya dengan memberikan nilai tambah. Dengan pemberian nilai tambah tersebut, diharapkan dapat memacu siswa-siswi untuk bersemangat dalam melaksanakan shalat berjamaah, baik shalat dhuhur yang dilaksanakan bersama-sama guru disekolah ataupun dirumah yaitu shalat asar, shalat magrib, shalat isya’ maupun shalat subuh. Bisa dilaksanakan berjamaah dirumah dengan keluarga maupun dimushola bersama warga masyarakat disekitarnya.
EDISI: 197 / TH – XIII 1 – 15 April 2022 Hal. 6
ISSN: 2548 – 2963