Oleh : Bagas Wiloko, S.Pd.SD (Guru SD Negeri Mojo 03 Kec. Cluwak, Kabupaten Pati)

Pemerintah saat ini telah mengizinkan satuan pendidikan untuk melaksanakan Pembela jaran Tatap Muka (PTM) terbatas. PTMT ini tentu tidak sama dengan pembelajaran tatap muka normal karena harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, waktu belajar dan mobilitas siswa yang dibatasi menyebabkan siswa kurang leluasa dan kurang nyaman selama belajar. Selama pembelajaran berlangsung, siswa juga cenderung pasif sehingga membuat hasil belajar siswa tidak maksimal karena siswa merasa bosan saat mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas. Untuk itu perlu adanya variasi mengajar yang harus dilakukan guru.

Salah satu variasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menerap kan metode Think Pair Share (TPS). TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas yang dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Model pembelajaran ini melatih siswa tentang bagai mana mengutarakan pendapat dan belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Disini siswa mendiskusikan suatu permasa lahan atau topik, sedangkan guru berperan pembimbing diskusi sehingga tercipta suasana belajar yang lebih hidup, aktif, efektif dan menyenangkan. Secara umum, TPS terdiri atas 3 langkah utama. Langkah pertama yaitu Thinking (berpikir). Pada awal pembelajar an, guru mengajukan suatu permasalahan terkait materi yang akan dipelajar kemudian meminta siswa memikirkan jawaban secara mandiriri selama beberapa menit. Langkah kedua yaitu Pairing (berpasangan). Guru membentuk kelompok berpasangan lalu meminta siswa mendiskusikan jawaban yang telah mereka peroleh dengan pasangannya. Selama proses ini terjadi interaksi yang dapat menyatukan jawaban satu sama lain yang umumnya berlangsung selama 5 menit. Langkah ketiga yaitu Sharing (berbagi). Pada langkah terakhir, masing-masing pasangan akan membagikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas. Jika waktu nya tidak memadai diusahakan sebagian besar pasangan sudah membagikan hasil berpikir kelompoknya.

Dari ketiga langkah utama tersebut, penulis selaku guru kelas VI SD Negeri Mojo 03, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati menerapkan model pembela jaran TPS dengan urutan sebagai berikut. (1) guru menyampaikan materi dan tujuan pebelajaran yang ingin dicapai. (2) siswa mencari jawaban dari materi atau permasalahan yang diberikan guru. (3) siswa membuat kelompok berpasangan dengan teman sebelahnya kemudian saling bertukar pendapat untuk mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. (4) siswa membagikan hasil diskusi dengan pasangannya dalam sebuat diskusi pleno kecil yang dipimpin oleh guru. (5) guru membimbing diskusi dan mengarahkannya pada pokok permasalahan kemudian memberikan tambahan atau penguatan materi yang belum diungkapkan para siswa.

Setelah praktik pembelajaran menggunakan model TPS dilakukan, diperoleh beberapa kelebihan, diantaranya: memberi kesem patan siswa untuk mengembangkan keterampulan berpikir, komunikasi, dan kerjasama; interaksi dan pembentukan kelompok yang mudah; memberikan kesem patan siswa untuk berpartisipasi di dalam kelas; serta menumbuh kan rasa percaya diri. Sedangkan kelemahannya yaitu membutuh kan waktu untuk diskusi dan cen derung susah diterapkan pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah. Dengan kelebihan dan kelemahannya, model pembelajaran ini layak dicoba untuk pembelajaran di kelas VI dalam rangka melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu persoalan se hingga mereka lebih tertantang. Semoga penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini dapat mengatasi rasa bosan siswa saat mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas dan dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik. (*)

Baca Juga: Yayasan Bakti Acarya Pertiwi Pelaksana Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbudristek di Kabupaten Pati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *